Jumat, 06 Januari 2012

Bab II

BAB II
 LANDASAN TEORI

A.       METODE DAKWAH
1.                                 Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu, “meta” (Melalui) dan “hados” (jalan atau cara). Dengan demikian dapat kita artikan bahwa metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus di lalui untuk menggapai suatu tujuan.
Sedangkan arti dakwa menurt pandangngan beberapa pakar ilmuan sebagai berikut: Bakhial Khauli, dia menyatakan Dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-perturan islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Syekh Ali Mahfudz dia menyatakan Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petujuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka mengerjakan perbuatan jelek  agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan  bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang di lakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u  untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien[1].
2.                                 Macam-Macam Metode Dakwah
a.  Metode Ceramah
Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak di warnai oleh cirri karakteristik bicara seorang da’I pada suatu aktipitas dakwah. Ceramah dapat pula bersipat propaganda, kampanye, berpidato, khidbah, sambutan, mengajar dan sebagainya. Istilah ceramah dalam akhir-akhir ini sedang ramainya di pergunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta, baij melalui radio, televiisi, maupun ceramah secara langsung. Pada ssebagian orang menamai ceramah dengan berpidato atau retorika dakwah. Metode ceramah sebagai salah satu metode yang sseriang di pakai oleh orang  atau da’i-da’I atau para utsan allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.
Metode ceramah ini di pergunakan sebagai mana metode dakwah, efektif dan efisien bila mana:
1.      Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak
2.      Penceramah orang yang ahli berceramah dan berbicara
3.      Sebagai syaraat dan rukun ibadah (seperti shalat jum’at)
4.      Metode yang di gunakan sesuai dengan sikon
Dengan mengetahui dan memahami metode ceramah dalam dakwah, maka harus mempelajari karakteristik metode itu,berikut akan di bahas kelebihan dan kekurangan metode ceramah.
b. Metode Tanya-Jawab
      Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya untuk menyatakan sesuatu masalah yang di rasa belum di mengerti dan da’I sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanya orang berarti ingin mengetahuai lebih dalam dan mengamalkannya. Harapan ini tak dapat di capai tampa adanya usaha seorang da’I untuh melatih didrinya memahami maksut dari perrtanyaan orang lain, memiliki keterampilan bertanya dan  sebagainya.
            Metode dakwah ini bukan bukan saja cocok pada ruang Tanya jawab, akan tetapi cocok pula untuk mrngimbangi dan memberi selingan ceramah. Ini sangat berguna untuk mengurangi kesalah pahaman para pendengar, menjelaskan perbedaan pendapat, menerangkan hal-hal yang belum dimengerti dan sebagainya.
            Metode ini sering di gunakan di saat Rasulllullah saw, dengan para sahabat di saat  tak mengerti tentang sesuatu agama (sahabat bertanya pada rasullullah).
c. Metode Debat
            Mujadalah sinonim dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti lebih menunjukan kebeneran dan kehebatan islam. Dengan katalain debat adalah mempertahankan pendapat agar pendapatnya itu diakui kebenarannya oleh orang lain.
            Dengan demikian debat efektif di lakukan sebagai metode dakwah kepada orang-orang yang membantah akan kebenaran islam. Sedangkan objek dakwah masih kurang percaya atau mantap terhadap kebenaran islam, di rasa kurang efektif bila menggunakan metode debat ini sebagai metode dakwahnya.apalagi sesame muslim yang hany berbeda pendapat, sangat tercela bila beerhobi debat dengan temannya.
            Keutamaan metode debat adalah terletak pada kemenangannya dalam mempertahankan benteng islam. Bila menang debat, di mungkinkan mereka mengakui kebenaran islam dan mereka masuk islam. namun sebaliknya, metode debat sangat membahayakn  bila mengalami kekalahan dalam perdebatannya.        Seorang da’I yang hendak menggunakan metode debat ini sebagai metode dakwah maka sebelumnya harus:
1)      Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang teknik-teknik debat yang baik.
2)      Menguasai materi dakwah dengan sedetail-detail mungkin dan sangat menunjang bila da’I sangat mengerti dan memhami tentang ajaran-ajara seta ilmu-ilmu teentang islam.
3)      Mengetahui kelebihan dan kelemahan musuh[2].
d. Percakapan Antar Pribadi
            Percakapan antar pribadi atau individu adalah percakan bebas antara seorang da’I dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Pecakapan pribadi bertujuan menggunakan kesempatan yang baik di dalam percakapan untuk aktivitas dakwah.
            Biasanya yang di sebut ngobrol para subjeknya tak membatasi permasalahan yang di bicarakan. Oleh karna itu seorang da’I hendaknya dapat mengarahkan pembicaraannya kepada hal-hal yang baik memasukan ide-ide, dan mengajak mereka kejalan allah.
            Dalam melaksanakan metode ini, seorang da’I hendaknya mempersiapkan dirinya dengan:
1)      Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan propesinya mauupun pengetahuan lain yang erat hubungannya dengan lingkungan hidupnya.
2)      Mempunyai pandangan luas.
3)      Pandai dalam memecahkan masalah, agama, ekonomi dll.
4)      Mempunyai daya kreatipitas yang tingggi.
Bila seorang da’I memiliki hal yang di sebut di atas, di mungkinkan setiap obrolan dapat bermamfaat sebagai aktivitas dakwah, artinya dapat mengarahkan pembicaraanya  ke arah yang positif [3].
e. Metode Demonstrasi
            Berdakwah dengan memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda atau peristiwa,bias juga perbuatan dan sebagainyadapat di namakan seorang da’I menggunakan cara atau metode Demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah , di mana seorang da’I memperlihatkan sesuatu atau mengadakan pementasan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.
            Metode ini jarang pergunakan para da’I yang terdahulu, bahkan Rasullullah saw sering kali menggunakan metode demonstrasi ini. Sebagai mana dalam riwayat di terangkan Rasulllullah pernah di ajar oleh jibril, tentang sembahyang dengan metode demonstrasi atau dengan menampilkan contoh kaifiyah shalat kepada Rasullullah. Oleh karna itu Rasullullah mengambil tauladanjibril untuk mengajarkan shalat kepada sahabat-sahabatnya.
            Metode Demonstrasi di gunakan apabila tujuan dakwah mengharapkan para objeknya dapat mengerjakan atau mengamalkan suatu pekerjaan dengan betul. Dengan kata lain metode demonstrasi di gunakan bila masa ingin mengetahui tentang:
a.       Bagai mana cara mengerjakannya.
b.      Bagai mana contoh yang benar dan yang salah.
c.       Bagai mana proses atau langkah-langkah sesuatu ibadah.
Selain itu metode Demonstrasi di gunakan sang da’I bila diya bertujuan:
·        Untuk menghindari verbalisme, artinya dengan demonstrasi di harabkan masa tidak terjadi kesalah pahaman atau menjadi bingung.
·        Untuk memudahkan berbagai penjelasan.
·        Untuk lebih menarik perhatian masa[4].
f.  Silaturrahmi
            Metode dakwah ini juga efektif di terabkan dalam rangka mengembangkan maupun membina umat islam. metode dakwah ini sering di lakukan oleh para da’Ii agama lain, sebab bila di telaah metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya juga yang sama dengan metode-metode lainnya.
Dalam metode silaturrahmi ada dua cara pelaksanaannya, yaitu:
v  Atas Undangan Tuan Rumah. Cara ini biasanya tuan rumah sudah memeluk islam namun mereka berminat untuk memperdalam islam.
v  Atas Kehendak Da’i.  Biasanya metode ini dilakukan bila mana objek dakwah belum masuk islam. di ajak mereka  agar memeluk islam.
diantara itu seorang da’I harus memperhatikan faktor berikut:
·         Tingkat usia
·         Tingkat pengetahuan
·         Status sosial dan ekonomi
·         Idiologi yang di anut
Sehingga dengan demikian factor tersebut dapat di rencanakan dalam berdakwah nanti[5].

B.        TINJAUAN TENTANG AKHLAK SANTRI
1.                                 Akhlak
a.       Pengertian akhlak
Dalam kamus besar bahasa indonesia online kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti; kelakuan[6]. Sebenarnya kata akhlak berasal dari bahasa Arab, dan jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti perangai, tabiat [7]. Sedang arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan [8].
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku/perbuatan manusia.
b.         Macam-macam akhlak
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela.
Macam-macam akhlak
  1. Akhlak terhadap diri sendiri
  2. Aklak terhadap keluarga (Orang tua, akhlak terhadap adik/kakak)
  3. Akhlak terhadap teman/sahabat, teman sebaya
  4. Akhlak terhadap guru
  5. Akhlak terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua
  6. Akhlak terhadap lingkungan hidup/linkungan sekitar.
Dan inti dari berkakhlak tersebut di atas intinya adalah berakhlak baik kepada Allah SWT. Karena Allah SWT telah menjadikan diri dan lingkungan sekitar dengan lengkap dan sempurna.
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya.
c.          Terbentuknya akhlak
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
            Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
  1. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
  2. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam alquran diterangkan:
 "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".
  1. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
  2. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
  3. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.

 2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan).
Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
  1. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
  1. Lingkungan Pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah [9]
2.         Santri
a.                            Pengertian santri
Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) orang yg mendalami agama Islam; (2) orang yg beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh.
Semua ilmu tentang Iman, Islam dan Ihsan dipelajari dipesantren menjadi seorang santri yang dapat beriman kepada Allah secara sungguh-sungguh, berpegang teguh kepada aturan islam. Serta dapat berbuat ihsan kepada sesame.
Namun para ilmuan tidak sependapat dan saling berbeda tentang pengetian santri. Ada yang menyebut, santri diambil dari bahasa ‘tamil’ yang berarti ‘guru mengaji’, ada juga yang menilai kata santri berasal dari kata india ‘shastri’ yang berarti ‘orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci’.
Selain itu, pendapat lainya meyakini bahwa kata santri berasal dari kata ‘Cantrik’ (bahasa sansekerta atau jawa), yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Sedang versi yang lainya menganggap kata ‘santri’ sebagai gabungan antara kata ‘saint’ (manusia baik) dan kata ‘tra’ (suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
b.                           Jenis santri
Ada santri profesi, ada santri kultur. ‘Santri Profesi’ adalah mereka yang menempuh pendidikan atau setidaknya memiliki hubungan darah dengan pesantren. Sedangkan ‘Santri Kultur’ adalah gelar santri yang disandangkan berdasarkan budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Dengan kata lain, bisa saja orang yang sudah mondok di pesantren tidak disebut santri, karena prilakunya buruk. Dan sebaliknya, orang yang tidak pernah mondok di pesantren bisa disebut santri karena prilakunya yang baik.
Dari segi metode dan materi pendidikan, kata ‘santri’ pun dapat dibagi menjadi dua. Ada ‘Santri Modern’ dan ada ’Santri Tradisional’ – Seperti juga ada pondok modern dan ada juga pondok tradisional. Sedang dari segi tempat belajarnya, ada istilah ‘santri kalong’ dan ‘santri tetap’. Santri kalong adalah orang yang berada di sekitar pesantren yang ingin menumpang belajar di pondok pada waktu-waktu tertentu.
Walapun ketika kembali kemasyarakat santri tidak semuanya berprofesi jadi kyai maupun ustadz, ada yang berprofesi sebagai karyawan, pengusaha, pedagang dan banyak lainya, namun diharapkan santri tetap menjadi santri walaupun hanya berprofesi sebagai pedagang, jadilah pedagang yang benar ala santri [10].














[1] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm 61

[2] Asmuni syukri, op, cit. hlm 142-144
[3] Siti muriah, Metodologi Penelitian Dakwah, (yokyakarta: Mitra Pustaka, 2000) hal 144
[4] Abdul khadir munsy, op. cit, hlm 148
[5] Asmuni syukry, op. cit, hlm 160-162
[6] http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
[7] Kamus Al-Mufid
[8] http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html
[9] Zahruddin AR, M. M. Si. Dan Hasanuddin sinaga, S.Ag., M. A. Pengantar Studi Akhlak PT Grafindo Persada, Jakarta, 2004


Tidak ada komentar:

Posting Komentar