Jumat, 06 Januari 2012

Bab IV

BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN

A.      Kekuatan dan Kelemahan Metode Dakwah Bil Lisan dan Bil Hikmah untuk Pembinaan Akhlak Santri
Secara garis besar dalam setiap metode dakwah pasti ada kelebihan dan kelemahan. Ini terbukti dari pengamatan dan penelitian yang kami lakukan, terutama pada dua metode dakwah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Darul Yatama As Syifa’. Kedua metode dakwah yang dimaksud adalah metode dakwah bil lisan dan bil hikmah. Adapun kekuatan dan kelemahannya adalah sebagai berikut[1] : 
1.      Kekuatan
a.      Kekuatan Metode Dakwah Bil Lisan
   Metode dakwah bil lisan memiliki beberapa keistimewaaan atau kelebihan  antara lain :
    1. Dalam waktu yang relatif singkat dapat di sampaikan banyak bahan.
    2. Memungkinkan da’i menggunakan pengalamannya, keistimewaannya dan kebijakannya sehingga mad’u mudah menerima ajaran yang di sam paikannya.
    3. Da’i lebih mudah mengusai seluruh mad’u.
    4. Bila diberikan dengan baik, dapat memberi stimulasi kepada mad’u untuk mempelajari yang di sampaikan
    5. Dapat meningkatkan status da’i.
    6. Metode dakwah bil lisan ini lebih fleksibel, artinya mudah di sesuaikan dengan sikon serta waktu yang tersedia, jika waktu singkat bahan dapat disingkat dan jika waktu panjang dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.
b.      Kekuatan Metode Dakwah Bil Hikmah
   Metode dakwah bil hikmah memiliki beberapa keistimewaaan atau kelebihan  antara lain :
1.      Metode bil hikmah ini dapat dipergunakan untuk memanggil/menyeru orang yang intelektual, berilmu pengetahuan atau pendidikan tinggi.
2.      Lebih berkesan dan dapat dijadikan pelajaran langsung
3. Tidak mudah hilang atau lupa tentang isi yang disampaikan dari metode ini.
2.      Kelemahan
a.   Kelemahan Metode Dakwah Bil Lisan
   Metode dakwah bil lisan  selain memiliki beberapa kelebihan juga memiliki kekurangan atau kelemahan antara lain :
    1. Da’i sukar memahami mad’u terhadap bahan-bahan yang di sampaikannya.
    2. Metode ceramah hanya bersipat komunikasi satu arah.
    3. Sukar menjajaki pola fakir mad’u dan pusat perhatiannya.
    4. Da’I lebih cenderung bersifat otoriter
    5. Apabila da’i tidak mengetahui psikologi mad’u maka ceramah akan melantur dan menjadi lebih bosan
b.      Kelemahan Metode Dakwah Bil Hikmah
      Metode dakwah bil hikmah  selain memiliki beberapa kelebihan juga memiliki kekurangan atau kelemahan antara lain :
      1.   Bagi mad’u yang kurang beritelektual metode ini kurang efektif
      2.   Tidak semua da’i dapat melaksanakan metode dakwah bil hikmah
3.   Memerlukan banyak waktu dalam dakwah bil hikmah
B.   Efektivitas Metode Dakwah Bil Lisan dan Bil Hikmah
Pondok Pesantren dinilai sebagai benteng pembangunan akhlak dan pusat pendidikan karakter bangsa dengan pola pembinaan selama 24 jam. Bagi pesantren pembangunan akhlak santri di atas segala-galanya. Variabel terbesar keberhasilan pendidikan di pesantren adalah akhlak. Pesantren merupakan kawah candradimuka pendidikan karakter bangsa.. Penyelenggaraan pendidikan di pesantren umumnya selalu diprioritaskan pada penggemblengan masalah akhlak.
Pola pembinaan santri selama 24 jam yang dilakukan pesantren ditujukan untuk membina akhlak. Dengan pola 24 jam santri tinggal di asrama, kiai dan guru dapat mengontrol perilaku santri dan mengarahkan sesuai dengan akhlak Islam Pesantren memberikan kontribusi signifikan dalam membangun moralitas dan karakter bangsa. Pembangunan akhlak menjadi perhatian besar bagi kebanyakan pesantren di tanah Air.
Dalam hal ini kami melihat dalam pembinaan akhlak santri di Ponpes Darul Yatama As Syifa’ menggunakan dua metode yang cukup mujarab. Kedua metode tersebut adalah melalui Bil Lisan dan Bil Hikmah. Sosok sentral yang menerapkan metode tersebut adalah sang Pengasuh Pondok Pesantren sendiri, yakni Bapak K. Abdullah Manaf, AH. Beliau selalu menyisipkan keduanya dalam kegiatan apapun, supaya pembinaan akhlak santri dapat terlaksana secara maksimal. Selain Pengasuh Pondok Pesantren tersebut, para Asatidz juga ikut andil dalam pembinaan akhlak santri, tapi masih banyak dari mereka yang menggunakan metode dakwah bil lisan, hanya beberapa ustadz yang mampu menguasai metode dakwah bil hikmah. Ini dikarenakan metode dakwah bil hikmah untuk metode pembinaan akhlak santri lebih sulit dikuasai.
Jika yang diterapkan hanya satu metode dakwah, maka hasilnya kurang memuaskan. Karena santri dalam Pondok Pesantren tersebut sangat heterogen, jadi perlu adanya penanganan/pembinaan akhlak santri dengan beberapa macam metode. Dan Alhamdulillah hal ini tidak luput dari perhatian para Asatidz dan pengasuh, mereka menerapkan dua metode dakwah sekaligus yang saling mengisi. 
Efektivitas dari metode dakwah bil lisan dan bil hikmah akan terasa selama tiga bulan. Suatu contoh, Santri yang dulunya gemar merokok ketika dibenturkan dengan kedua metode tersebut, lambat laun tidak merokok. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal :
1.      Dalam tata tertib Pondok Pesantren tersebut dilarang merokok.
2.      Pengasuh dan para Asatidz dalam pengajarannya tidak pernah merokok.
3.      Selalu ada himbauan untuk tidak merokok, terutama dari Pengasuh Pondok Pesantren tersebut.
4.      Ada sanksi yang begitu berat ketika melanggar tata tertib Pondok pesantren Darul Yatama As Syifa’.
Pondok Pesantren Darul Yatama As Syifa’ melarang keras para santrinya untuk merokok, ini merupakan salah satu pola pembinaan akhlak oleh Pondok Pesantren Darul Yatama As Syifa. Dan hal terbukti ampuh dalam pembinaan akhlak santri[2].


[1] Irfan Hielmy, Metode Dakwah bil Hikmah, Yogyakarta, Mitra Pustaka : 2002,  h 71
[2] Hasil wawancara dengan Bp. K. Abdullah Manaf, AH (Pengasuh Ponpes Darul Yatama As Syifa’) pada tanggal 31 Desember 2011

Bab III

BAB III
PENGUMPULAN DATA

A.      Gambaran Umum
Pondok Pesantren Darul Yatama As Syifa’ merupakan sebuah ponpes yang baru didirikan pada tahun 2007. Terletak di ujung Desa Petekeyan, tepatnya di RT 18 RW 04 Petekeyan Tahunan Jepara. Sebagian besar santrinya merupakan anak yatim, dan sisanya merupakan santri ghoiru mukim[1].
Berikut ini gambaran umum dari Pondok Pesantren Darul Yatama As Syifa’ :
1.   Progam dan Kegiatan
Pondok Pesantren (Ponpes) dan Darul Yatama Assyifa’ mempunyai program dan kegiatan pendidikan sebagai berikut:
1.      Jam’iyyah Rebana Maulid Habsyi.
Dilaksanakan rutin setiap malam Jum’at  oleh santriwan-santriwati.
2.      Jam’iyyah Rebana Maulid Al-Barjanji.
Dilaksanakan rutin setiap malam Senin oleh para santri dan masyarakat sekitar.
3.      Jam’iyah mengaji Surat Yasin, Mulk dan Waqi’ah.
Dilaksanakan rutin setiap hari Jum’at ba’dal Shubuh.
4.      Ziarah Makam
Dilaksanakan rutin setiap malam Jum’at Kliwon dimakam simbah K. Abdillah Waliyullah desa Petekeyan.
5.      Istighosah Qubro.
Dilaksanakan rutin setiap malam Jum’at Wage Jam 22.00 WIB yang diikuti oleh khalayak masyarakat sekitar dan luar desa yang dipimpin Bpk. Mulyadi dan dilanjutkan Ceramah Agama oleh Bpk. K. Nur Hamid.
6.      Santunan anak-anak yatim (Yatama) dan Jompo dan lain-lain.
Dilaksanakan rutin setiap dua tahun sekali tepatnya pada bulan Romadlan dan Bulan Muharram. Adapun jumlahnya mencapai 83 orang diantaranya anak-anak yatim 23 anak dan jompo kurang lebih 60 orang.
2.   Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren dan Darul Yatama Assyifa’ mempunyai dua program diantaranya adalah :
1.      Sistem Sorogan
            Sistem pendidikan dan pengajaran dengan sistem sorogan ini dilaksanakan setiap selesai sholat fardlu dan diikuti oleh santriwan santriwati yang mukim atau non mukim berjumlah 48 anak. Sedang Kitab-kitab yang dipelajari adalah Al Qur’an  ( Bil Ghoib dan Bin Nadhor ) dan kitab-kitab kuning /salaf.
2.      Sistem Kemadrasahan
            Pondok Pesantren dan Darul Yatama Assyifa’ juga sudah mempunyai Lembaga Pendidikan dengan sistem Kemadrasahan diantaranya :
-          Madrasah Tajhiziyyah ( Madrasah Persiapan )
Madrasah Tajhiziyyah ( Madrasah Persiapan ) dengan disingkat menjadi MTj bertujuan untuk menyiapkan anak-anak murid menuju Madrasah Awaliyah dengan ditempuh 3 tahun dalam 3 kelas. Alhamdulillah Di Madrasah ini sudah ada murid berjumlah 41 anak.
-          Madrasah Awwaliyah
      MAw (Madrasah Awwaliyah) adalah Madrasah yang diperuntukan  bagi anak-anak peserta didik tingkatan awal, dimana Madrasah ini ditempuh dalam waktu tiga tahun atau tiga kelas.
B.       Pesantren Darul Yatama As Syifa’
a.                                                                                                                                                                                         Sejarah
1. Awal mula, dari sebuah Jam’iyah Rebana Al-Mustamir As Syifa’
Pondok pesantren dan Darul Yatama Assyifa’ didirikan oleh suatu Jam’iyah Rebana yang bernama Rebana Al-Mustamir As Syifa’ yang digagas oleh Simbah Hasan Al-Mangli dan Simbah Kyai Mukhtar dan dimotori oleh Bapak Mulyadi, Bapak Sugiono, Bapak Mustofa, Bapak Mukayat, Ibu Siti Rohmah, Ibu Ulfa Nadlifah, Bapak Suyono dan kawan-kawan, tepatnya di sebuah desa kecil yaitu desa Petekeyan RT.18 RW. 04 Kecamatan Tahunan kabupaten Jepara.
Jam’iyah Rebana Al Mustamir As Syifa’ sendiri digagas dan didirikan oleh tokoh-tokoh tersebut di atas sejak tahun 1997 dengan tujuan mensyi’arkan agama Islam lewat seni kerakyatan yaitu Rebana atau masyarakat Jawa menyebutnya dengan istilah “Terbangan”.
Setelah berjalan beberapa tahun dengan lambat laun rebana tersebut berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas dan masyarakat sangat antusias menyambutnya. Hal ini bisa diketahui dengan diundangnya rebana ini dalam setiap mereka mempunyai hajatan misalnya: Resepsi penikahan (Walimatul Ursy), Resepsi khitan (Walimatul Khitan) dan resepsi pemberian nama pada kelahiran anak (Walimatut Tasmiyah), serta acara-acara lain.
Dalam pendirian rebana ini, Simbah Mangli berpesan, “Bila dari Rebana ini menghasilkan kas, maka jangan sampai lupa dengan anak-anak yatim untuk disantuni”. Oleh karena itu, pengurus rebana mempunyai program dan bertekad untuk setiap tahun mengadakan Santunan Anak Yatim dan Jompo. Maka dengan Rahmat dan Ijin Allah SWT, program ini benar-benar berjalan sampai sekarang.
Guna mendukung pelestarian program mulia ini, dari Bapak Mulyadi selaku pimpinan mempunyai inisiatif membeli sound system, tratak, kursi dan perabot persewaan lainnya yang dihasilkan dari pekerjaan beliau yaitu pengobatan alternatif (Pijat). Sehingga dari usaha persewaan ini dapat mendukung program Santunan Anak Yatim dan Jompo, karena setiap orang menyewa maka ada sebagian hasilnya untuk Kas Santunan.
Mbah Mul (sebutan akrab dari Bapak Mulyadi) mempunyai seorang guru yang bernama Simbah Kyai Ma’sum Lawalata dari Banyuwangi. Oleh gurunya itu, Mbah Mul diperintahkan supaya mendirikan sebuah Padepokan. Bertepatan dengan hal itu, Beliau juga mempunyai keinginan membuat sebuah Pondok Pesantren untuk menampung dan mendidik anak-anak yatim. Maka mengacu pada keinginan tersebut serta didasari niat yang tulus ikhlas serta mulia dan tekad yang kuat serta mendapatkan restu dari gurunya yang lain yaitu Habib Ja’far Al-Kaff, maka Beliau mulai mengumpulkan dana untuk terwujudnya cita-cita tersebut.
Alhamdulillah dengan pertolongan Allah dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, Mbah Mul sudah bisa mengumpulkan dana untuk membangun sebuah bangunan pesantren yang sebagian dana tersebut dihasilkan dari hasil pengobatan alternatifnya di Malaysia[2].
2. Berdirinya Pondok Pesantren (Ponpes) dan Darul Yatama Assyifa’
Tepatnya pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2005, dimulailah pembangunan gedung Pondok Pesantren (Ponpes) dan Darul Yatama Assyifa’ yang bertempat di sebidang tanah milik mbah Mul yang memang sudah diwaqofkan untuk Pondok. Prosesi Peletakan batu pertama dilakukan oleh Bapak Bupati Jepara yakni Bapak Drs. H. Hendro Martojo, MM. yang disaksikan oleh tokoh masyarakat setempat dan oleh masyarakat desa Petekeyan.
Pembangunan Ponpes Alhamdulillah berjalan dengan lancar yang manasebagian dananya dibantu oleh para dermawan yang menjadi pasien Mbah Mul yang menyatakan dirinya menjadi Donatur Tetap. Diantara para dermawan yang mejadi donatur pendirian Pondok Pesantren (Ponpes) dan Darul Yatama Assyifa’ yaitu : H. Asyhar dari Malaysia, H. Anton dari Riau, sebagian dari anggota staf kepolisian Jepara dan lain-lain.
Dari proses pembangunan ponpes ini, maka pada tahun 2007, pembangunan sudah mencapai 70 % dan diresmikan penggunaanya oleh Bapak Bupati Jepara pula bertepatan pada hari Selasa tanggal 6 Januari 2009.
Sesuai dengan nama dan logo yang digunakan, Pondok Pesantren (Ponpes) dan Darul Yatama Assyifa’ mengemban visi dan misi untuk ikut andil mengentaskan anak bangsa dari kebodohan, menambah dan meningkatkan ilmu pengetahuan, pemahaman ilmu agama Islam dan membentuk anak-anak yang berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Rosulullah Nabi Muhammad SAW.
b. Struktur
            Berikut ini adalah struktur kepengurusan Pondok  Pesantren Darul Yatama As Syifa’ :
Pelindung              :     Petinggi Petekeyan
Penasehat              :     Mulyadi
Pengasuh               :     K. Abdullah Manaf, AH
Ketua Pengurus     :     Mustofa, A.Ma
Sekretaris              :     Mukayat, A.Ma
Bendahara             :     Nur Saim
            Dewan Asatidz :
-          Abdul Syukur, AH
-          Abdur Roqib
-          Nur Rohman
-          Ulfa Nadhifah
-          Rohmiyati
-          Ahmad Syafii
-          Siti Muarofah
-          Titik Muyanfau
-          Ika Maya Susanti
         c.  Lingkungan
  Pondok Pesantren Darul Yatama As Syifa’ terletak di RT 18 RW 04 Petekeyan Tahunan Jepara. Dimana lokasinya cukup terpencil dari keramaian kota, suara bising industri meubel dan jalan raya. Hal ini menyebabkan ponpes tersebut tenang dan damai, begitu juga masyarakatnya yang santun dan beriman. Lingkungan seperti ini sangat cocok untuk pengembangan akhlak santri. Pola-pola animisme dan dinamisme tidak tampak lagi dikalangan masyarakat.
d.      Masyarakat dan Pesantren Darul Yatama As Syifa’
               Sejak Ponpes ini didirikan pada tahun 2007 lalu, masyarakat selalu berperan aktif dalam membantu pembangunan maupun pengoperasionalannya  sehari-hari. Hal ini terbukti dengan kedekatan emosional antara masyarakat dan Pesantren Darul Yatama As Syifa’ dan juga hampir semua anak-anak lingkungan sekitar Pesantren Darul Yatama As Syifa’ mengaji di sana[3].
C.  Akhlak Santri Ponpes Darul Yatama As Syifa’
Jumlah keseluruhan santri Ponpes Darul Yatama As Syifa’ adalah 150. 90 diantaranya perempuan dan sisanya 60 santri adalah laki-laki. Menurut Pengasuh dan Dewan Asatidz Ponpes Darul Yatama As Syifa’, 90 % santrinya berakhlak mahmudah dan 10 % nya berakhlak Madzmumah. Hal ini terbukti dengan  pengamatan sehari-hari yang dilakukan oleh pihak Ponpes.
Banyak sekali penyebab pemrosotan akhlak santri, dua diantaranya adalah[4]:
1. Pengaruh Teknologi : Hp, Play Stations (PS) , Internet, TV   
2. Pengaruh Lingkungan : Orang tua, teman, masyarakat.
D.  Metode Pembinaan Akhlak Santri Darul Yatama As Syifa’
Dalam kesehariannya, kami melihat ada 2 metode pembinaan akhlak santri pada Ponpes Darul Yatama As syifa’ yaitu[5] ;
1. Metode Dakwah Bil Lisan
    Metode dakwah dengan lisan (billisan), maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh santri, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati. Sabda Rasulullah :
“ Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).
Contoh: Ceramah dalam majlis taklim, dan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Metode Dakwah  Bil Hikmah.
    Dakwah bil Hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
“ Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ….“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125 ].
Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah ta’ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:
Menurut bahasa:
·         Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur’an dan Injil
  • Memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari   kerusakan
·         Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
·         Obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
·         Pengetahuan atau ma’rifat.
            Menurut istilah Syar’i:
·         Valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara’ dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.
Contoh : Kita ingat bagaimana Rasulullah Saw tidak marah saat seorang kaum musyrik meludahi beliau setiap pergi ke masjid. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw pergi ke masjid, beliau merasakan keanehan karena orang yang setiap saat meludahi beliau setiap akan pergi ke masjid tidak ada. Sesampainya di masjid Rasulullah Saw menanyakan kepada para sahabat di mana orang itu berada. Lalu Rasulullah Saw memperoleh jawaban bahwa orang yang meludahi beliau jatuh sakit. Setelah mendengar Jawaban itu, Rasulullah datang membesuk orang tersebut dan mendoakan kesembuhan baginya. Akhirnya, orang tersebut kemudian menyatakan diri sebagai Muslim.
            Metode ini juga sering digunakan pada pembinaan akhlak santri, karena metode ini secara langsung dapat dilihat makna dan efeknya.
















[1] Hasil wawancara dengan Bp. K. Abdullah Manaf, AH (Pengasuh Ponpes Darul Yatama As Syifa’) pada tanggal 29 Desember 2011.
[2] . Hasil wawancara dengan Bp. Mulyadi (Penasehat Ponpes Darul Yatama As Syifa’) pada tanggal 29 Desember 2011.
[3] . Hasil wawancara dengan Bp. Fathur Rahman, S.Pd.I (Masyarakat sekitar Ponpes Darul Yatama As Syifa’) pada tanggal 30 Desember 2011.
[4] Hasil wawancara dengan Bp. K. Abdullah Manaf, AH (Pengasuh Ponpes Darul Yatama As Syifa’) pada tanggal 30 Desember 2011.
[5] Hasil wawancara dengan Bp. Mustofa, A.Ma (Ketua Pengurus Ponpes Darul Yatama As Syifa’) pada tanggal 30 Desember 2011.

Bab II

BAB II
 LANDASAN TEORI

A.       METODE DAKWAH
1.                                 Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu, “meta” (Melalui) dan “hados” (jalan atau cara). Dengan demikian dapat kita artikan bahwa metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus di lalui untuk menggapai suatu tujuan.
Sedangkan arti dakwa menurt pandangngan beberapa pakar ilmuan sebagai berikut: Bakhial Khauli, dia menyatakan Dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-perturan islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Syekh Ali Mahfudz dia menyatakan Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petujuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka mengerjakan perbuatan jelek  agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan  bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang di lakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u  untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien[1].
2.                                 Macam-Macam Metode Dakwah
a.  Metode Ceramah
Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak di warnai oleh cirri karakteristik bicara seorang da’I pada suatu aktipitas dakwah. Ceramah dapat pula bersipat propaganda, kampanye, berpidato, khidbah, sambutan, mengajar dan sebagainya. Istilah ceramah dalam akhir-akhir ini sedang ramainya di pergunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta, baij melalui radio, televiisi, maupun ceramah secara langsung. Pada ssebagian orang menamai ceramah dengan berpidato atau retorika dakwah. Metode ceramah sebagai salah satu metode yang sseriang di pakai oleh orang  atau da’i-da’I atau para utsan allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.
Metode ceramah ini di pergunakan sebagai mana metode dakwah, efektif dan efisien bila mana:
1.      Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak
2.      Penceramah orang yang ahli berceramah dan berbicara
3.      Sebagai syaraat dan rukun ibadah (seperti shalat jum’at)
4.      Metode yang di gunakan sesuai dengan sikon
Dengan mengetahui dan memahami metode ceramah dalam dakwah, maka harus mempelajari karakteristik metode itu,berikut akan di bahas kelebihan dan kekurangan metode ceramah.
b. Metode Tanya-Jawab
      Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya untuk menyatakan sesuatu masalah yang di rasa belum di mengerti dan da’I sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanya orang berarti ingin mengetahuai lebih dalam dan mengamalkannya. Harapan ini tak dapat di capai tampa adanya usaha seorang da’I untuh melatih didrinya memahami maksut dari perrtanyaan orang lain, memiliki keterampilan bertanya dan  sebagainya.
            Metode dakwah ini bukan bukan saja cocok pada ruang Tanya jawab, akan tetapi cocok pula untuk mrngimbangi dan memberi selingan ceramah. Ini sangat berguna untuk mengurangi kesalah pahaman para pendengar, menjelaskan perbedaan pendapat, menerangkan hal-hal yang belum dimengerti dan sebagainya.
            Metode ini sering di gunakan di saat Rasulllullah saw, dengan para sahabat di saat  tak mengerti tentang sesuatu agama (sahabat bertanya pada rasullullah).
c. Metode Debat
            Mujadalah sinonim dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti lebih menunjukan kebeneran dan kehebatan islam. Dengan katalain debat adalah mempertahankan pendapat agar pendapatnya itu diakui kebenarannya oleh orang lain.
            Dengan demikian debat efektif di lakukan sebagai metode dakwah kepada orang-orang yang membantah akan kebenaran islam. Sedangkan objek dakwah masih kurang percaya atau mantap terhadap kebenaran islam, di rasa kurang efektif bila menggunakan metode debat ini sebagai metode dakwahnya.apalagi sesame muslim yang hany berbeda pendapat, sangat tercela bila beerhobi debat dengan temannya.
            Keutamaan metode debat adalah terletak pada kemenangannya dalam mempertahankan benteng islam. Bila menang debat, di mungkinkan mereka mengakui kebenaran islam dan mereka masuk islam. namun sebaliknya, metode debat sangat membahayakn  bila mengalami kekalahan dalam perdebatannya.        Seorang da’I yang hendak menggunakan metode debat ini sebagai metode dakwah maka sebelumnya harus:
1)      Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang teknik-teknik debat yang baik.
2)      Menguasai materi dakwah dengan sedetail-detail mungkin dan sangat menunjang bila da’I sangat mengerti dan memhami tentang ajaran-ajara seta ilmu-ilmu teentang islam.
3)      Mengetahui kelebihan dan kelemahan musuh[2].
d. Percakapan Antar Pribadi
            Percakapan antar pribadi atau individu adalah percakan bebas antara seorang da’I dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Pecakapan pribadi bertujuan menggunakan kesempatan yang baik di dalam percakapan untuk aktivitas dakwah.
            Biasanya yang di sebut ngobrol para subjeknya tak membatasi permasalahan yang di bicarakan. Oleh karna itu seorang da’I hendaknya dapat mengarahkan pembicaraannya kepada hal-hal yang baik memasukan ide-ide, dan mengajak mereka kejalan allah.
            Dalam melaksanakan metode ini, seorang da’I hendaknya mempersiapkan dirinya dengan:
1)      Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan propesinya mauupun pengetahuan lain yang erat hubungannya dengan lingkungan hidupnya.
2)      Mempunyai pandangan luas.
3)      Pandai dalam memecahkan masalah, agama, ekonomi dll.
4)      Mempunyai daya kreatipitas yang tingggi.
Bila seorang da’I memiliki hal yang di sebut di atas, di mungkinkan setiap obrolan dapat bermamfaat sebagai aktivitas dakwah, artinya dapat mengarahkan pembicaraanya  ke arah yang positif [3].
e. Metode Demonstrasi
            Berdakwah dengan memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda atau peristiwa,bias juga perbuatan dan sebagainyadapat di namakan seorang da’I menggunakan cara atau metode Demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah , di mana seorang da’I memperlihatkan sesuatu atau mengadakan pementasan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.
            Metode ini jarang pergunakan para da’I yang terdahulu, bahkan Rasullullah saw sering kali menggunakan metode demonstrasi ini. Sebagai mana dalam riwayat di terangkan Rasulllullah pernah di ajar oleh jibril, tentang sembahyang dengan metode demonstrasi atau dengan menampilkan contoh kaifiyah shalat kepada Rasullullah. Oleh karna itu Rasullullah mengambil tauladanjibril untuk mengajarkan shalat kepada sahabat-sahabatnya.
            Metode Demonstrasi di gunakan apabila tujuan dakwah mengharapkan para objeknya dapat mengerjakan atau mengamalkan suatu pekerjaan dengan betul. Dengan kata lain metode demonstrasi di gunakan bila masa ingin mengetahui tentang:
a.       Bagai mana cara mengerjakannya.
b.      Bagai mana contoh yang benar dan yang salah.
c.       Bagai mana proses atau langkah-langkah sesuatu ibadah.
Selain itu metode Demonstrasi di gunakan sang da’I bila diya bertujuan:
·        Untuk menghindari verbalisme, artinya dengan demonstrasi di harabkan masa tidak terjadi kesalah pahaman atau menjadi bingung.
·        Untuk memudahkan berbagai penjelasan.
·        Untuk lebih menarik perhatian masa[4].
f.  Silaturrahmi
            Metode dakwah ini juga efektif di terabkan dalam rangka mengembangkan maupun membina umat islam. metode dakwah ini sering di lakukan oleh para da’Ii agama lain, sebab bila di telaah metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya juga yang sama dengan metode-metode lainnya.
Dalam metode silaturrahmi ada dua cara pelaksanaannya, yaitu:
v  Atas Undangan Tuan Rumah. Cara ini biasanya tuan rumah sudah memeluk islam namun mereka berminat untuk memperdalam islam.
v  Atas Kehendak Da’i.  Biasanya metode ini dilakukan bila mana objek dakwah belum masuk islam. di ajak mereka  agar memeluk islam.
diantara itu seorang da’I harus memperhatikan faktor berikut:
·         Tingkat usia
·         Tingkat pengetahuan
·         Status sosial dan ekonomi
·         Idiologi yang di anut
Sehingga dengan demikian factor tersebut dapat di rencanakan dalam berdakwah nanti[5].

B.        TINJAUAN TENTANG AKHLAK SANTRI
1.                                 Akhlak
a.       Pengertian akhlak
Dalam kamus besar bahasa indonesia online kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti; kelakuan[6]. Sebenarnya kata akhlak berasal dari bahasa Arab, dan jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti perangai, tabiat [7]. Sedang arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan [8].
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku/perbuatan manusia.
b.         Macam-macam akhlak
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela.
Macam-macam akhlak
  1. Akhlak terhadap diri sendiri
  2. Aklak terhadap keluarga (Orang tua, akhlak terhadap adik/kakak)
  3. Akhlak terhadap teman/sahabat, teman sebaya
  4. Akhlak terhadap guru
  5. Akhlak terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua
  6. Akhlak terhadap lingkungan hidup/linkungan sekitar.
Dan inti dari berkakhlak tersebut di atas intinya adalah berakhlak baik kepada Allah SWT. Karena Allah SWT telah menjadikan diri dan lingkungan sekitar dengan lengkap dan sempurna.
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan per buatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya.
c.          Terbentuknya akhlak
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
            Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
  1. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
  2. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam alquran diterangkan:
 "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".
  1. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
  2. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
  3. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.

 2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan).
Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
  1. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
  1. Lingkungan Pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah [9]
2.         Santri
a.                            Pengertian santri
Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) orang yg mendalami agama Islam; (2) orang yg beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh.
Semua ilmu tentang Iman, Islam dan Ihsan dipelajari dipesantren menjadi seorang santri yang dapat beriman kepada Allah secara sungguh-sungguh, berpegang teguh kepada aturan islam. Serta dapat berbuat ihsan kepada sesame.
Namun para ilmuan tidak sependapat dan saling berbeda tentang pengetian santri. Ada yang menyebut, santri diambil dari bahasa ‘tamil’ yang berarti ‘guru mengaji’, ada juga yang menilai kata santri berasal dari kata india ‘shastri’ yang berarti ‘orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci’.
Selain itu, pendapat lainya meyakini bahwa kata santri berasal dari kata ‘Cantrik’ (bahasa sansekerta atau jawa), yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Sedang versi yang lainya menganggap kata ‘santri’ sebagai gabungan antara kata ‘saint’ (manusia baik) dan kata ‘tra’ (suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
b.                           Jenis santri
Ada santri profesi, ada santri kultur. ‘Santri Profesi’ adalah mereka yang menempuh pendidikan atau setidaknya memiliki hubungan darah dengan pesantren. Sedangkan ‘Santri Kultur’ adalah gelar santri yang disandangkan berdasarkan budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Dengan kata lain, bisa saja orang yang sudah mondok di pesantren tidak disebut santri, karena prilakunya buruk. Dan sebaliknya, orang yang tidak pernah mondok di pesantren bisa disebut santri karena prilakunya yang baik.
Dari segi metode dan materi pendidikan, kata ‘santri’ pun dapat dibagi menjadi dua. Ada ‘Santri Modern’ dan ada ’Santri Tradisional’ – Seperti juga ada pondok modern dan ada juga pondok tradisional. Sedang dari segi tempat belajarnya, ada istilah ‘santri kalong’ dan ‘santri tetap’. Santri kalong adalah orang yang berada di sekitar pesantren yang ingin menumpang belajar di pondok pada waktu-waktu tertentu.
Walapun ketika kembali kemasyarakat santri tidak semuanya berprofesi jadi kyai maupun ustadz, ada yang berprofesi sebagai karyawan, pengusaha, pedagang dan banyak lainya, namun diharapkan santri tetap menjadi santri walaupun hanya berprofesi sebagai pedagang, jadilah pedagang yang benar ala santri [10].














[1] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm 61

[2] Asmuni syukri, op, cit. hlm 142-144
[3] Siti muriah, Metodologi Penelitian Dakwah, (yokyakarta: Mitra Pustaka, 2000) hal 144
[4] Abdul khadir munsy, op. cit, hlm 148
[5] Asmuni syukry, op. cit, hlm 160-162
[6] http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
[7] Kamus Al-Mufid
[8] http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html
[9] Zahruddin AR, M. M. Si. Dan Hasanuddin sinaga, S.Ag., M. A. Pengantar Studi Akhlak PT Grafindo Persada, Jakarta, 2004